Doanya Para Ulama
Di surat Ali Imran ayat 7, Allah menjelaskan bahwa ada ayat al-Quran yang Muhkamat dan ada yang Mutasyabihat. Lalu Allah menyabutkan sikap ar-Rasikhuna fil Ilmi (orang yang kuat ilmunya), bahwa mereka mengimani semua ayat Allah, dan semuanya datang dari Allah.
Kemudian di ayat 8 dan 9, Allah sebutkan doa mereka yang kokoh ilmunya,
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ ( ) رَبَّنَا إِنَّكَ جَامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ
“Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau jadikan hati Kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada Kami, dan karuniakanlah kepada Kami rahmat dari sisi Engkau; karena Sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia)”. ( ) “Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya”. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji. (QS. Ali Imran: 8 – 9)
Seperti itulah potret ulama yanng ideal. Mereka memahami ayat Allah, sesuai kaidah penafsiran yang benar. Sementara yang tidak mereka pahami, bukan ditolak atau ditakwil, namun dipasrahkan kepada Allah. Mereka tetap mengimaninya, karena semuanya datang dari Allah.
Doa mereka menggambarkan bagaimana kekhawatiran mereka terhadap kelurusan hati mereka. Sehingga mereka memohon agar hatinya tidak dibuat condong kepada kesesatan, yang umumnya bermula dari takwil ayat al-Quran tanpa aturan.
”janganlah Engkau jadikan hati Kami condong kepada kesesatan”
Mereka juga sadar betul akan pentingnya petunjuk Allah, sehingga mereka memohon agar petunjuk itu tetap bertahan dalam diri mereka.
”sesudah Engkau beri petunjuk kepada Kami”
Mereka juga memahami bahwa ampunan dan kasih sayang (rahmat) sangat mereka butuhkan. Karena manusia bisa saja salah ketika memahami maksud firman Allah.
”karuniakanlah kepada Kami rahmat dari sisi Engkau”
Mereka juga meyakini kebenaran hari pembalasan, ketika semua manusia dikumpulkan. Dan mereka akan mempertanggung jawabkan pemikiran dan sikap mereka kepada Tuhan.
”Sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia pada hari yang tiada keraguan di dalamnya.”